Manfaatkan Blockchain, JPMorgan dan Visa Luncurkan Inovasi Transaksi Cross Border

thesilent1.com – — JPMorgan Chase dan Visa akan membangun konektivitas antara jaringan blockchain pribadi global mereka, Liink dan B2B Connect.

Visa B2B Connect akan menggunakan Confirm dari Liink untuk memvalidasi dan menyetujui akun baru dalam transaksi lintas negara (cross border).

Confirm memungkinkan institusi untuk memvalidasi informasi akun dan memastikan bahwa pihak yang bertransaksi memberikan identitas asli dan informasi yang benar.

JPMorgan sedang berusaha merekrut bank-bank anggota perintis (founding member) di seluruh dunia untuk memperluas cakupan Confirm ke 35.000 bank dan lebih dari 2 miliar rekening pengguna.

Sejauh ini, mereka baru saja menandatangani kesepakatan dengan Deutsche Bank sebagai anggota perintis pertama di Eropa.

Layanan ini diharapkan akan aktif di 10 negara pada akhir 2022, dan diproyeksikan hadir di lebih dari 30 negara pada tahun 2023.

Kepala global Confirm Alex Littleton, mengatakan bahwa pertumbuhan Confirm sangat dipengaruhi oleh efek jaringan.

“Oleh karena itu, menunjuk Deutsche Bank sebagai anggota perintis sambil terus membangun interkonektivitas ke blockchain Visa B2B, akan mempercepat adopsi kami dalam skala global,” katanya.

Teknologi blockchain ini menjadi alternatif dari sistem pesan Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT) yang umum digunakan untuk mengelola dan memfasilitasi transaksi cross border.

Dukungan inovasi blockchain

Gagasan pembayaran cross border menjadi salah sorotan pekan ini. Direktur Pelaksana Otoritas Moneter Singapura (MAS), Ravi Menon mengadvokasi penggunaan teknologi blockchain untuk memberikan solusi untuk masalah saat ini, termasuk kecepatan dan biaya.

Dalam pidato utama Annual SWIFT International Banking Operations Seminar (SIBOS) 2022, Amsterdam, 10 Oktober 2022, Ravi mengatakan bahwa teknologi transaksi cross border saat ini tidak sesuai untuk abad ke-21.

“(Teknologi) ini lambat, mahal, suram, dan tidak efisien, bergantung pada jaringan kuno bank koresponden,” kata Ravi.

Berdasarkan data Bank Dunia, Ravi menyebut biaya rata-rata global untuk pengiriman remitansi adalah 6,4% dari nilai transfer.

“Ini sangat menyakitkan bagi pekerja migran yang ingin mengirim uang ke rumah atau usaha kecil yang ingin menjangkau pasar luar negeri melalui e-commerce,” kata dia.

Ia menyebutkan tiga cara untuk memecahkan tantangan transaksi cross border ini. Pertama, menghubungkan sistem pembayaran yang lebih cepat. Kedua, membangun platform umum untuk berbagai Central Bank Digital Currency (CBDC). Ketiga, memperluas jaringan transfer berbasis blockchain sektor swasta.