thesilent1.com – — Jelang transisi Ethereum dari proof-of-work (PoW) ke proof-of-stake (PoS) atau The Merge, para penambang tampaknya mulai mengalihkan rig mereka ke Ethereum Classic.
Blockchain Ethereum yang “asli” tersebut tercatat telah mencapai hash rate tertinggi sepanjang masa di 65,49 terahash per detik (TH/s), menurut data 2miners.com.
Hash rate adalah daya komputasi yang digunakan untuk menambang kripto. Kripto seperti Bitcoin, Ethereum Classic, dan Ethereum (sebelum The Merge) menggunakan sistem PoW yang membutuhkan banyak daya dari komputer untuk memproses transaksi.
Setelah The Merge, Ethereum akan menggunakan sistem PoS yang menggantikan penambang dengan validator. Validator akan “mempertaruhkan” ETH mereka untuk menjaga jaringan agar tetap aman dan bisa terus berjalan.
Ethereum Foundation mengklaim, upgrade ini akan membuat jaringan 99% lebih hemat energi. Dengan menjaga jaringan dan mempertaruhkan 32 ETH, validator bisa secara pasif mendapatkan ETH.
Namun, langkah ini juga ternyata dinilai merugikan penambang sehingga banyak dari mereka yang diperkirakan akan beralih ke blockchain lain seperti Ethereum Classic.
Ethereum Classic adalah hard fork dari Ethereum. Pada 2016, setelah peretasan DAO membuat kripto senilai $55 juta lenyap, pengembang setuju untuk melakukan hard fork yang menghasilkan Ethereum (ETH) dan Ethereum Classic (ETC).
Meski tidak sepopuler Ethereum, Ethereum Classic kini menjadi incaran penambang agar mereka terus dapat melakukan aktivitas penambangan. Ethereum Classic saat ini merupakan kripto terbesar ke-18, dengan kapitalisasi pasar lebih dari $5 miliar.
DISCLAIMER : Bukan ajakan membeli! Investasi atau perdagangan aset crypto masih beresiko tinggi. Artikel ini hanya berisi informasi yang relevan mengenai aset kripto tertentu.