thesilent1.com – — Saat inflasi melanda, nilai mata uang akan secara otomatis terkoreksi mengikuti kenaikan harga secara umum. Penurunan nilai ekonomis uang tak begitu terasa dampaknya bila hanya terjadi dalam waktu singkat.
Tapi, dalam rentang waktu yang panjang, nilai mata uang yang susut akibat inflasi pasti akan terasa.Contohnya, harga bakwan yang lebih dari satu dekade dibanderol Rp500/keping, kini melonjak dua kali lipat.
Selembar uang Rp5.000 yang dulu bisa ditukar dengan 10 keping gorengan, daya tawarnya menyusut menjadi hanya setengahnya.
Seiring tahun berganti, potensi berkurangnya nilai uang tak terelakan. Untuk memproteksi nilai kekayaan agar tak terus susut dimakan inflasi, diperlukan medium penyimpan nilai yang lebih tahan banting.
Secara tradisional, aset lindung nilai yang banyak digunakan masyarakat adalah emas. Jenis logam mulia ini telah lama dipercaya sebagai medium penyimpanan nilai, bahkan sejak uang belum digunakan sebagai alat tukar.
Harga emas, selalu naik dari waktu ke waktu, mencerminkan benda ini punya nilai intrinsik dalam mempertahankan bahkan meningkatkan nilai ekonomisnya.
Belakangan Bitcoin yang juga dikenal dengan julukan sebagai emas digital banyak dilirik dan dipercaya sebagai aset yang punya potensi ketahanan terhadap inflasi laiknya emas.
Dalam sebuah risalah akademik tentang Bitcoin, sejumlah peneliti ekonomi Universitas Chiang Mai dan Universitas Phayao menemukan adanya potensi koin bikinan Satoshi Nakamoto sebagai aset penjaga nilai dari gerusan inflasi.
Studi dilakukan terhadap negara-negara adaptor kripto terbesar, dengan menganalisis apakah Bitcoin dan sejumlah aset tradisional lain, seperti emas, minyak, dan saham memiliki kemampuan untuk melakukan lindung nilai terhadap inflasi.
Para peneliti membandingkan data tingkat inflasi dan fluktuasi harga aset pada periode dari Januari 2010 hingga Maret 2021. Hasilnya, ditemukan bahwa semua aset dapat melakukan lindung nilai terhadap inflasi lebih efektif dalam jangka pendek daripada jangka panjang.
Ketimbang aset-aset tradisional lain, penelitian juga menyebutkan bahwa daya lindung nilai Bitcoin lebih efektif.
“Saat membandingkan Bitcoin dengan aset lindung nilai inflasi tradisional lainnya, Bitcoin cenderung mampu melakukan lindung nilai terhadap guncangan inflasi lebih efektif daripada aset lain untuk negara dengan adopsi cryptocurrency yang tinggi,” demikian laporan yang diterbitkan Jurnal Axioms.
Penelitian lain yang dilakukan School of Economics, Yonsei University tahun 2021 menyoroti banyaknya kesamaan yang dimiliki oleh Bitcoin dan emas selama pandemi COVID-19.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Bitcoin terapresiasi terhadap inflasi atau ekspektasi inflasi, yang membuatnya layak menjadi aset lindung nilai inflasi. Namun, di sisi lain, Bitcoin dinilai tidak memiliki kualitas sebagai aset safe-haven lantaran harganya turun saat dihadapkan dengan ketidakpastian keuangan.
BTC sebagai emas digital
Karakteristik yang mirip dengan emas. Salah satu karakteristik tersebut adalah bahwa emas dan BTC sama-sama memiliki pasokan yang terbatas, berbeda dengan mata uang negara yang dapat dicetak oleh bank sentral.
Sejak pertama kali dikeluarkan, jumlah BTC dibatasi hanya 21 juta keping. Stok Bitcoin, diproyeksikan akan habis ditambang pada tahun 2140.
Karakteristik selanjutnya adalah bahwa kedua barang ini dapat menjadi medium pertukaran, setidaknya di negara atau tempat-tempat yang sudah memiliki kerangka regulasi dan mengadopsi aset kripto sebagai alat tukar. Di Indonesia sendiri, cryptocurrency masih dikategorikan sebagai aset digital dan tidak sebagai alat transaksi laiknya mata uang.
Emas dan logam mulia dipandang sebagai tempat yang aman oleh investor di saat ketidakpastian karena tidak diatur oleh pemerintah. Seperti emas, Bitcoin tidak tergantung pada sistem tunggal apa pun.
Harga emas secara historis berkinerja baik selama periode inflasi tinggi, BTC di sisi lain juga punya kecenderungan yang resisten inflasi laiknya emas, meskipun perdebatan terhadap kelaikan Bitcoin sebagai aset lindung nilai masih terus diperdebatkan seiring usia Bitcoin yang masih seumur jagung apalagi bila dibandingkan dengan emas.
Adopsi teknologi BTC
Tingkat adopsi Bitcoin dan kripto secara umum akan berpengaruh terhadap kekuatan aset. Semakin banyak orang mengenal dan mengetahui kripto dan teknologi blockchain, akan semakin diketahui nilai guna aktual kripto.
Kegunaan aktual dan kualitas intrinsik BTC yang memungkinkannya sebagai mata uang masa depan ini akan mempengaruhi keputusan investor pasar kripto, sehingga mereka akan tetap berinvestasi dan tak terlalu terpengaruh dengan tren market bearish.
Semakin banyak investasi yang juga sebangun dengan tingkat kepercayaan, akan semakin tahan banting dan stabil pula volatilitas nilai aset kripto laiknya emas.
Pertumbuhan adopsi keseluruhan pada paruh kedua tahun 2021 adalah 37.5%, 13% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2020 (33.3%).
Hasil riset Crypto.com, jumlah pemilik aset kripto terus meningkat secara double digit beberapa tahun terakhir. Jumlah pemilik kripto mencapai 295 juta atau meningkat 178% secara tahunan hingga Desember 2021.
Pada akhir tahun 2022, diperkirakan jumlah pemilik kripto global akan mencapai 1 miliar. Sementara itu, Triple A memperkirakan tingkat kepemilikan kripto global mencapai 4,2% dari total populasi dunia atau lebih dari 320 juta orang.
Chainalysis 2022 Global Crypto Adoption Index dalam outlook-nya mencatat sejauh ini di tahun 2022 adopsi global kripto melambat lantaran adanya tren bearish market, namun pertumbuhannya tetap di atas level sebelum tren kenaikan pada 2019.
Tren kenaikan adaptasi mulai konsisten sejak pertengahan 2019. Sejak saat itu, tren kepemilikan kripto semakin agresif hingga mencapai puncak uptrend pada kuartal II 2022 sebelum turun di kuartal III dan rebound di kuartal akhir 2021 saat beberapa aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar seperti Bitcoin, Ethereum, Solana, dan Polkadot mencatat rekor all time high (ATH) pada November.
Walau setelahnya kembali menurun, penting untuk dicatat bahwa adopsi global tetap jauh di atas level pasar sebelum 2019.
Data Chainalysis juga menunjukkan bahwa banyak dari mereka yang tertarik dan mengadaptasi kripto saat kenaikan harga pada tahun 2020 dan 2021 tetap bertahan. Para adaptor dan investor terus menginvestasikan sebagian besar aset mereka.
Situasi bearish market nampaknya tak membuat para pemilik kripto angkat kaki dari bursa. Para pemilik aset kripto nampaknya optimis pasar akan bangkit kembali, membuat fundamental pasar relatif sehat.
Instrumen investasi jangka panjang
Di balik volatilitas jangka pendek yang begitu bergejolak, Bitcoin jadi salah satu instrumen investasi yang cukup menjanjikan dalam jangka waktu yang panjang.
Tahun 2021 memang jadi masa yang suram bagi BTC dan aset kripto secara umum. Tercatat hingga penghabisan kalender November 2022 harga per keping Bitcoin longsor hingga 72% bila dibandingkan saat menyentuh rekor ATH dengan harga $68,789 per keping pada 10 November 2021. Rapor merah koin Satoshi ini berlanjut sampai Oktober berjalan.
Tapi bila melongok data historis, Bitcoin punya catatan bagus sebagai aset investasi jangka panjang. Hasil data kalkulasi menunjukkan Bitcoin membukukan laba atas investasi 437,171% selama 10 tahun terakhir sejak 2011. ROI satu dekade BTC ini jauh lebih besar ketimbang emas sebesar -0,25% dan S&P 500 sebesar 277%.
Sayangnya pada 2022, rapor merah lebih sering dicatatkan dalam imbal hasil. Data year-to-date (y-t-d) hingga 30 September 2022 harga BTC diketahui merosot hingga 58% dari $46,311 menjadi $19,431. Paling parah, ROI bulanan Bitcoin terjadi pada Juni dengan angka -37%.
Walau begitu, berdasarkan data kalkulasi real-time Finbold, ROI Bitcoin lima tahun terakhir jauh lebih perkasa dibandingkan instrumen investasi lain. Misalnya, ROI BTC masih lebih dari lima kali lipat dolar AS, 3.7 kali lipat S&P 500, 3.2 kali lipat Dow Jones, 2.7 kali lipat NASDAQ.
Keunggulan juga diperlihatkan terhadap saham-saham korporasi besar macam Apple, Microsoft, Google, Amazon, GP Morgan, dll. BTC cuma kalah dari Tesla.
Paket Stimulus AS Diprediksi Berdampak Positif Bagi Pasar Bitcoin
In “aset kripto”
Hyperinflation is Coming! Jack Dorsey: Itu akan Mengubah Segalanya
In “Bitcoin”
Ancaman Inflasi di Amerika Serikat dan Masa Depan Cryptocurrency
In “Analisis Pasar”